Jumat, 07 September 2012

Wisata Religi Banten

MASJID AGUNG BANTEN

Masjid Agung Banten yang di bangun Sultan Maulana Hasannuddin dan sejarah masa lalu ini sebenarnya sudah di terbitkan tips wisata murah pada bulan november 2010 dalam serial Masjid-masjid bersejarah wisata religi karena durasinya terlalu panjang yang bergabung dengan sejarah masjid lainnya di indonesia.
menurut orang dulu,masjid agung banten sejak awalnya beratap tumpuk lima,namun pada abad ke-17 pernah diubah menjadi tiga.hal demikian dimungkinkan karena dua atap tumpuk teratas sebenarnya hanya atap tambahan yang di topang tiang pusat.
yang paling menarik dari atap  masjid agung banten adalah justru pada dua tumpukan atap konsentris paling atas yang samar-samar mengingatkan idiom pegoda cina,kedua atap itu berdiri tepat diatas puncak tumpukan atap ketiga dengan sistem struktur penyalur gaya yang bertemu pada satu titik.
peletakkan seperti itu memperlihatkan kesan seakan-akan atap dalam posisi kritis dan mudah goyah,namun hal itu justru menjadi daya tarik tersendiri.

dua tumpukan atap paling atas itu tampak lebih berfungsi sebagai mahkota dibanding sebagai atap penutup ruang bagian dalam bangunan.tak heran jika bentuk dan ekspresi seperti itu dapat dibaca dalam dua penafsiran.masjid beratap tumpuk lima atau masjid beratap tumpuk tiga dengan ditambah dua mahkota diatasnya sebagai elemen estetik.


elemen menarik lainnya adalah menara disebelah timur yang besar dan monumental serta tergolong unik karena belum pernah terdapat menara seperti itu di jawa,bahkan di seluruh nusantara.dikarenakan menara bukanlah tradisi yang melengkapi di jawa pada masa awal,maka masjid agung banten termasuk di antara masjid  yang mula-mula menggunakan unsur menara di jawa.

sebenarnya masih banyak elemen unik lainnya yang secara singkat tidak dapat disebutkan,seperti adanya umpak dari batu andesit berbentuk labu berukuran besar dan beragam pada setiap dasar tiang masjid.
yang berukuran besar dengan garis labu yang paling banyak adalah umpak pada empat tiang saka guru ditengah-tengah ruang sholat.ukuran umpak besar ini tidak akan kita temui di sepanjang pulau jawa,kecuali di bekas reruntuhan salah satu masjid kesultanan matarram di Plered ,Jogyakarta.
selain itu masjid agung banten terdapat mimbar yang besar dan antik penuh hiasan dan warna.
banyak sekali masyarakat dari banten sendiri maupun dari masyarakat daerah luar banten yang mengunjungi wisata religi masjid agung banten yang paling tertua di banten ini.

Wisata Seni Dan Budaya

Seni dan Budaya Khas Banten

 

Banten memiliki keunikan seni dan budaya yang sering dilibatkan pada acara-acara penyambutan atau waktu-waktu tertentu. Bila memiliki informasi mengenai jadwal acara di daerah Banten, tidaklah rugi untuk wisata seni budaya ke tempat ini. Berikut beberapa seni dan budaya asal Provinsi Banten:

Rampak Bedug





Kesenian ini merupakan satuan instrumen berupa perkusi, yang diramaikan suara bedug dengan berbagai ukuran. Ada empat bedug diikat kain yang dipukul oleh pemain yang berdiri di hadapan bedug tersebut. Dipinggirnya, kelompok musik menimpali dengan bedug berbagai ukuran. Sesekali para penabuh bedug mengeluarkan suara-suara yang membuat atraksi mereka terlihat penuh semangat. Tari rampak bedug Banten dimainkan secara masal atau tepatnya melibatkan banyak pemain.

Bendrong Lesung

kesenian ini tumbuh dan berkembang secara turun menurun di masyarakat setempat hingga saat ini. Awalnya kesenian ini hanyalah tradisi masyarakat dalam menyambut panen raya. Di daerah lainnya juga biasanya memiliki tradisi seperti ini, penyambutan untuk hal-hal yang dianggap baik bagi masyarakat. tujuan Bendrong Lesung untuk mengungkapkan kebahagiaan atas usaha yang dilakukan dan pada akhirnya membuahkan hasil bagi masyarakat. Bendrong Lesung dilakukan beberapa penari perempuan dengan menggunakan kebaya dan kain. Masing-masing penari membawa lesung dan melakukan ketukan secara bergantian hingga menghasilkan suara seperti musik yang kedaerahan.


Debus



Debus adalah seni pertunjukan yang memperlihatkan permainan kekebalan tubuh terhadap pukulan, tusukan, dan tebasan benda tajam. Dalam pertunjukanya, debus banyak menampilkan aktraksi kekebalan tubuh sesuai dengan keinginan pemainnya. Pada masa pemerintahan sultan ageng tirtayasa sekitar abad ke-17 ( 1651-1652), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Pada perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian ragam seni budaya masyarakat banten sehingga kesenian ini banyak digemari oleh masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik di banten, permainan debus berkembang di kabupaten lebak, pandeglang, kota cilegon dan kota serang.

Kebudayaan Banten

Banyak para ahli mendefinisikan kebudayaan yang secara redaksional dan mungkin substansial berbeda satu sama lain. Kaitan dengan upaya agar mudah melihat kebudayaan Banten, konsep kebudayaan yang kiranya sederhana ialah yang dikemukakan oleh Dr. Koentjaaningrat. Ia menyatakan bahwa kebudayaan ialah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Definisi ini menunjukkan dengan jelas bahwa kebudayaan itu meliputi dimensi gagasan (sebagai aspek ideal yang tidak terlihat), dimensi perbuatan (tindakan) (sebagai aspek faktual yang dapat dilihat), dan dimensi hasil karya (sebagai aspek fisik yang dapat dilihat dan diamati berulang kali).
Dari ketiga dimensi tersebut yang bisa dikenali secara langsung adalah kebudayaan pada dimensi fisik dan perbuatan (kelakuan). Kemudian diperlukan juga kejelasan pada unsur apa dua dimensi tersebut diamati. Yang paling mungkin ialah pada unsur-unsur kebudayaan yang menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur, yaitu:

1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Sistem Religi
5. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
6. Sistem Mata Pencaharian Hidup
7. Kesenian
Banten sebagai komunitas kultural sebagaimana dinyatakan di atas, tentu dengan kebudayaannya itu dapat diamati (dipotret) melalui unsur-unsur kebudayaannya, khususnya melalui dan pada dimensi fisik atau kelakuan (perbuatan). Unsur-unsur kebudayaan tersebut memang ada pada kebudayaan Banten yang berarti bahwa Banten sebagai komunitas kultural adalah benar. Pengamatan untuk ini dilakukan dengan melihat sisi-sisi tradisi dan sisa-sisa peninggalan fisik (artefak) di Banten yang secara simbolik dapat diinterpretasi. Apalagi sisa-sisa tradisi dan sisa-sisa peninggalan fisik itu menurut Ambari, sarat dengan ciri dan pengaruh Islam.

Budaya Banten dan Perubahan-perubahannya
Melalui unsur-unsur kebudayaan, kiranya dapat digambarkan keberadaan Banten dari masa pertama dan perkembangannya kini. Secara deskriptif dapat dikemukakan sbb:
Bahasa. Sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah di Banten bahasa penduduk yang pusat kekuasaan politiknya di Banten Girang, adalah bahasa Sunda. Sedangkan bahasa Jawa, dibawa oleh Syarif Hidayatullah, kemudian oleh puteranya, Hasanuddin, berbarengan dengan penyebaran agama Islam. Dalam kontak budaya yang terjadi, bahasa Sunda dan bahasa Jawa itu saling mempengaruhi yang pada gilirannya membentuk bahasa Jawa dengan dialek tersendiri dan bahasa Sunda juga dengan dialeknya sendiri. Artinya, bahasa Jawa lepas dari induknya (Demak, Solo, dan Yogya) dan bahasa Sunda juga terputus dengan pengembangannya di Priangan sehingga membentuk bahasa sunda dengan dialeknya sendiri pula; kita lihat misalnya di daerah-daerah Tangerang, Carenang, Cikande, dan lain-lain, selain di Banten bagian Selatan.
Bahasa Jawa yang pada permulaan abad ke-17 mulai tumbuh dan berkembang di Banten, bahkan menjadi bahasa resmi keraton termasuk pada pusat-pusat pemerintahan di daerah-daerah. Sesungguhnya pengaruh keraton itulah yang telah menyebabkan bahasa Jawa dapat berkembang dengan pesat di daerah Banten Utara. Dengan demikian lambat laun pengaruh keraton telah membentuk masyarakat berbahasa Jawa. Pada akhirnya, bahasa Jawa Banten tetap berkembang meskipun keraton tiada lagi.
Bahasa Jawa dimaksud dalam pengungakapannya menggunakan tulisan Arab (Pegon)  seperti kita temukan pada manuskript, babad, dan dokumen-dokumen tertentu. Penggunaan huruf Arab (Pegon) didorong oleh dan disebabkan karena:
Penggunaan aksara lama terdesak oleh huruf Arab setelah Islamisasi.
Huruf Arab menjadi sarana komunikasi kaum maju, sedangkan aksara menjadi alat komunikasi kaum elit/lama/feodal, ditambah pihak kolonial yang mengutamakan aksara Ijawa). Kaum maju tersebut adalah masyarakat pemberontak, atau setidak-tidaknya tidak setuju dengan adanya penguasaan asing sehingga huruf Arab dipergunakan sebagai sarana lebih aman dan juga rahasia.
Di lain pihak, terutama kaum lama, penggunan huruf Pegon memberikan corak Islam dalam tulisan yang tidak selalu bersifat Islam, sehingga lebih aman beredar/mengisi permintaan rakyat.

Untuk mempermudah kajian dan penelitian isi, terutama masalah-masalah hukum, huruf Arab lalu disalin ke dalam tulisan (huruf) latin sebelum kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain, terutama Belanda. Bahasa Jawa dengan tulisan latin itu merupakan perkembangan kemudian karena pada aslinya menggunakan tulisan Arab. Demikian pula perkembangan perbendaharaan kata dipengaruhi oleh lingkungan bahasa Sunda, bahasa Arab, dan bahasa lain. Pada jaman penjajahan Belanda, ada juga pengaruh bahasa Belanda yang masuk ke dalam bahasa Jawa, misalnya sekola, yang semula ginau. Pada perkembangan sekarang, bahasa Jawa Banten ternyata juga dipengaruhi oleh bahasa Indonesia; mungkin demikian seterusnya, tetapi bahasa ini akan tetap ada sesuai dengan keberadaan pendukungnya.

Sistem Pengetahuan
Pengetahuan manusia merupakan akumulasi dari tangkapannya terhadap nilai-nilai yang diacu dan dipahami, misalnya agama, kebiasaan, dan aturan-aturan. Pengetahuan manusia tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan dengan elemen-elemen lain, dan karena itu maka disebut sistem pengetahuan. Salah satu (sistem) pengetahuan sebagai salah satu unsur kebudayaan Banten adalah misalnya pengetahuan tentang kosmologi (alam semesta). Pada fase perkembangan awal pengetahuan tentang kosmologi orang Banten adalah bahwa alam ini milik Gusti Pangeran yang dititipkan kepada Sultan yang berpangkat Wali setelah Nabi. Karena itu hierarchi Sultan adalah suci.
Gusti Pangeran itu mempunyai kekuatan yang luar biasa yang sebagian kecil dari kekuatannya itu diberikan kepada manusia melalui pendekatan diri. Yang mengetahui formula-formula pendekatan diri untuk memperoleh kekuatan itu adalah para Sultan dan para Wali, karena itu Sultan dan para Wali itu sakti. Kesaktian Sultan dan para wali itu dapat disebarkan kepada keturunan dan kepada siapa saja yang berguru (mengabdi).
Pengetahuan yang berakar pada kosmologi tersebut masih ada sampai kini sehingga teridentifikasi dalam pengetahuan magis. Mungkin dalam perkembangan kelak tidak bisa diprediksi menjadi hilang, bahkan mungkin menjadi alternartif bersama-sama dengan (sistem) pengetahuan yang lain.

Organisasi Sosial
Yang dimaksud dengan organisasi sosial adalah suatu sistem dimana manusia sebagai mahluk sosial berinteraksi. Adanya organisasi sosial itu karena ada ketundukan terhadap pranata sosial yang diartikan oleh Suparlan sebagai seperangkat aturan-aturan yang berkenaan dengan kedudukan dan penggolongan dalam suatu struktur yang mencakup suatu satuan kehidupan sosial, dan mengatur peranan serta berbagai hubungan kedudukan, dan peranan dalam tindakan-tindakan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Di antara bentuk organisasi sosial di Banten adalah stratifikasi sosial. Pada awal di jaman Kesultanan, lapisan atas dalam stratifikasi sosial adalah pada Sultan dan keluarganya/keturunannya sebagai lapisan bangsawan. Kemudian para pejabat kesultanan, dan akhirnya rakyat biasa. Pada perkembangan selanjutnya, hilangnya kesultanan, yang sebagian peranannya beralih pada Kiyai (kaum spiritual), dalam stratifikasi sosial merekalah yang ada pada lapisan atas. Jika peranan itu berpindah kepada kelompok lain, maka berpindah pulalah palisan itu.

Sistem Religi
Yang dimaksud dengan sistem religi adalah hubungan antar elemen-elemen dalam upacara agama. Agama Islam sebagai agama resmi keraton dan keseluruhan wilayah kesultanan, dalam upacara-upacaranya mempunyai sistem sendiri, yang meliputi peralatan upacara, pelaku upacara, dan jalannya upacara. Misalnya dalam upacara Salat, ada peralatan-peralannya dari sejak mesjid, bedug, tongtong, menara, mimbar, mihrab, padasan (pekulen), dan lain-lain. Demikian pula ada pelakunya, dari sejak Imam, makmum, tukang Adzan, berbusana, dan lain-lain; sampai kemudian tata cara upacaranya.
Di jaman kesultanan, Imam sebagai pemimpin upacara Salat itu adalah Sultan sendiri yang pada transformasinya kemudian diserahkan kepada Kadi. Pada perubahan dengan tidak ada sultan, maka upacara agama berpindah kepemimpinannya kepada kiyai. Perkembangan selanjutnya bisa jadi berubah karena transformasi peranan yang terjadi.

Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Kehidupan masyarakat memang memerlukan peralatan dan teknologi. Memperhatikan paralatan hidup dan teknologi dalam kebudayaan Banten, dapat diperoleh informasinya dari peninggalan masa lalu. Salah satu diantaranya misalnya relief, penemuan benda-benda arkeologis, dan catatan-catatan masa lalu. Di jaman kesultanan, kehidupan masyarakat ditandai dengan bertani, berdagang, dan berlayar termasuk nelayan. Dari corak kehidupan ini terlihat bahwa peralatan hidup bagi petani masih terbatas pada alat-alat gali dan lain-lain termasuk pemanfaatan hewan sebagai sumber energi.
Angkutan dan teknologi pelayaran masih memanfaatkan energi angin yang karenanya berkembang pengetahuan ramalan cuaca secara tradisional, misalnya dengan memanfaatkan tanda-tanda alam. Demikian pula teknik pengolahan logam, pembuatan bejana, dan lain-lain, memanfaatkan energi alam dan manusia. Tentu saja aspek (unsur kebudayaan) ini secara struktural mengalami perubahan pada kini dan nanti, meski secara fungsional mungkin tetap.

Sistem Mata Pencaharian Hidup
Gambaran perkembangan mengenai hal ini untuk sejarah manusia, akan tersentuh dengan kehidupan primitif, dari hidup berburu sampai bercocok tanam. Hubungannya dengan kebudayaan Banten, sistem mata pencaharian hidup sebagai salah satu unsur kebudayaan, terlihat dari jaman kesultanan. Mata pencaharian hidup dari hasil bumi menampilkan adanya pertanian. Dalam sistem pertanian itu ada tradisi yang masih nampak, misalnya hubungan antara pemilik tanaman (petani) dan orang-orang yang berhak ikut mengetam dengan pembagian tertentu menurut tradisi.
Dalam nelayan misalnya ada sistem simbiosis antara juragan dan pengikut-pengikutnya dalam usaha payang misalnya. Kedua belah pihak dalam mata pencaharian hidup itu terjalin secara tradisional dalam sistem mata pencaharian. Mungkin pula hubungan itu menjadi hubungan kekerabatan atau hubungan Patron-Clien.
Pada masa kini kemungkinan sistem tersebut sudah berubah, disamping karena perubahan mata pencaharian hidup, juga berubah dalam sistemnya karena penemuan peralatan (teknologi) baru. Demikian pula kemungkinan di masa yang akan datang.

Kesenian
Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah. Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan. Dari segi macam-macamnya, kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual.
Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam. Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat. Arsitektur seperti ini berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.
Arsitektur rumah adat yang mengandung filosofi kehidupan keluarga, aturan tabu, dan nilai-nilai prifasi, yang dituangkan dalam bentuk ruangan paralel dengan atap panggung Ikan Pe, dan tiang-tiang penyanggah tertentu. Filosofi itu telah berubah menjadi keindahan fisik sehingga arsitekturnya hanya bermakna aestetik.
Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang belum berubah, kecuali mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian dimaksud ialah:
1. Seni Debus Surosowan
2. Seni Debus Pusaka Banten
3. Seni Rudat
4. Seni Terbang Gede
5. Seni Patingtung
6. Seni Wayang Golek
7. Seni Saman
8. Seni Sulap-Kebatinan
9. Seni Angklung Buhum
10. Seni Beluk
11. Seni Wawacan Syekh
12. Seni Mawalan
13. Seni Kasidahan
14. Seni Gambus
15. Seni Reog
16. Seni Calung
17. Seni Marhaban
18. Seni Dzikir Mulud
19. Seni Terbang Genjring
20. Seni Bendrong Lesung
21. Seni Gacle
22. Seni Buka Pintu
23. Seni Wayang Kulit
24. Seni Tari Wewe
25. Seni Adu Bedug
26. Dan lain-lain
Kesenian-kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum berubah kecuali kemasan-kemasannya, misalnya pada kesenian kasidah dan gambus. Relevansi kesenian tradisional ini mungkin, jika berkenaan dengan obyek kajian penelitian maka yang diperlukan adalah orsinilitasnya. Tetapi jika untuk kepentingan pariwisata maka perlu kemasan yang menarik tanpa menghilangkan substansinya,walaupun mungkin, secara umum kesenian-kesenian tersebut akan tunduk pada hukum perubahan sehubungan dengan pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak diminati yang artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama atau tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang tidak boleh lepas dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau malah harus ada perubahan kemasan.


Taman Wisata Ujung Kulon

Wisata Alam Ujung kulon merupakan salah satu tempat wisata yang terkenal dengan berbagai macam ekosistemnya yang langka.Ujung kulon merupakan perwakilan ekosistem hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas untuk kawasan Banten dan Jawa Barat. Keindahan alam dan pesisir pantainya memang menjadi daya tarik tersendiri tempat wisata ini.
Di taman wisata ini ekosistemnya begitu banyak,dan ekosistem disini dibagi menjadi tiga bagian yaitu ekosistem daratan, ekosistem rawa, dan ekosistem perairan laut.
Keaneka ragaman ekosistem di taman nasional Ujung kulon ini memang luar biasa,bahkan taman nasional ini sering dijadikan tempat penelitan.Ujung kulon ini mulai dikenal sejak tahun 1820 oleh pakar botani Belanda.
Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 jenis diantaranya langka seperti; merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur (Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), ki hujan (Engelhardia serrata)dan berbagai macam jenis anggrek.
Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis amfibia, 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain badak Jawa adalah banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu (Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna gigas).


Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik, dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikan alam berupa sungai-sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih, sumber air panas, taman laut dan peninggalan budaya/sejarah (Arca Ganesha, di Gunung Raksa Pulau Panaitan). Kesemuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk dikunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain.
Untuk menarik minat kalian datang ke Ujung kulon. Kali ini Gudang Wisata akan memaparkan beberapa spot atau tempat menarik di Taman nasional Ujung Kulon, antara lain:
Snorkling Dan Diving di Ciharashas, Pulau Panaitan
Di Ciharashas ini kalian dapat melakukan olah raga air seperti snorkling dan diving. Keindahan alam bawah laut di Ciharashas ini termasuk yang paling baik di Ujung kulon. Para wisatawan bisa mengamati alam bawah laut sambil menikmati keindahan terumbu karang dan hewan cantik bawah laut. Untuk mencapai tempat ini kalian hanya perlu menaiki spead boat dari Carita yang memerlukan waktu 3 jam. Dan bisa juga menggunakan kapal laut biasa tapi dengan jarak tempuh  4-6 jam.
Surfing Di Legon Bejo, Pulau Panaitan
Di pulau panaitan ini memang wisata yang bisa kita nikmati termasuk banyak. Selain snorkling dan diving, disini juga kalian bisa mencicipi surfing di kawasan Legon Bejo. Kegiatan ini cocok sekali untuk kalian yang hobi tantangan. Menikmati gulungan ombak dipadu dengan pasir putih yang indah pasti menjadi pengalaman yang menarik.


Hiking Di Karang Copong, Pulau Peucang
Pulau Peucang telah menjadi salah satu tujuan utama dari kunjungan ke taman nasional Ujung Kulon. Karang copong adalah nama sebuah karang mati besar yang berlubang (copong) di pulau Peucang bagian Utara. Hiking ke Karang Copong dilakukan pada trail dari arah Dermaga Peucang masuk ke hutan hujan tropis dataran rendah dan keluar di karang copong, pengunjung akan merasakan seolah-olah berjalan membelah pulau Peucang dari Timur ke Barat. Sepanjang perjalanan menuju karang copong selama 50 menit pengunjung dapat melihat contoh hutan hujan tropis dataran rendah yang sangat baik, dengan pohon-pohon ficus serta Kiara yang besar, burung hantu, tonggeret, babi hutan, Rusa, Merak, dan Monyet. Kemudian dari pantai Karang Copong, pengunjung akan melihat pemandangan sun set yang fantastis dengan latar belakang laut yang membentang indah. Perjalanan ke karang copong ini dipandu oleh petugas dari Taman Nasional.
Ziarah Ke Gua Sanghyang Sirah
Sanghiang Sirah merupakan salah satu tempat untuk berziarah yang berada di sirah (kepala) Pulau Jawa yang berbentuk gua. Pemandangan di sekitar gua sangat indah dengan formasi karang besar dan curam disepanjang pantai dengan dikelilingi vegetasi hutan pantai. Peziarah percaya bahwa Gua Sanghyang Sirah adalah tilas (tempat bertapa) Prabu Kian Santang yang diyakini masih berada di situ sampai saat ini. Untuk saat ini pengguna produk ini lebih banyak wisatawan domestik yang khusus datang untuk berziarah biasanya mereka trekking dari Tamanjaya-Tanjung Lame-Karang Ranjang dan kemudian menyusuri pantai selatan menuju Sanghyangsirah. Perjalanan ditempuh kira-kira 1-2 hari. Mereka biasanya menginap di perjalanan (tidur di hutan).
Menarik bukan? itu baru bebepara tempat di Taman Nasional ujung Kulon. Dan masih banyak lagi spot-spot lainnya yang wajib kalian kunjungi. Jadi tidak perlu khawatir untuk datang ke tempat wisata ini. Karena kalian pasti akan mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan. Apalagi dengan keanekaragaman wisata di Ujung Kulon ini. Pasti akan sangat menarik, Selamat berwisata.
Taman Nasional Ujung Kulon bersama Cagar Alam Krakatau merupakan asset nasional, dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.

Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan pendanaan dan bantuan teknis.
Masyarakat yang bermukim di sekitar taman nasional yaitu suku Banten yang terkenal dengan kesenian debusnya. Masyarakat tersebut pengikut agama Islam, namun mereka masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan, tradisi, dan kebudayaan nenek moyang mereka.
Di dalam taman nasional, ada tempat-tempat yang dikeramatkan bagi kepentingan kepercayaan spiritual. Tempat yang paling terkenal sebagai tujuan ziarah adalah gua Sanghiang Sirah, yang terletak di ujung Barat semenanjung Ujung Kulon. 

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Tamanjaya dan Cibiuk. Pintu masuk utama dengan fasilitas, pusat informasi, wisma tamu, dermaga, sumber air panas.
Pantai Kalejetan, Karang Ranjang, Cibandawoh. Fenomena gelombang laut selatan dan pantai berpasir tebal, pengamatan tumbuhan dan satwa.
Pulau Peucang. Pantai pasir putih, terumbu karang, perairan laut yang biru jernih yang sangat ideal untuk kegiatan berenang, menyelam, memancing, snorkeling dan tempat ideal bagi pengamatan satwa satwa rusa di habitat alamnya.
Karang Copong, Citerjun, Cidaon, Ciujungkulon, Cibunar, Tanjung Layar, dan Ciramea. Menjelajahi hutan, menyelusuri sungai, padang pengembalaan satwa, air terjun dan tempat peneluran penyu.
Pulau Handeuleum, Cigenter, Cihandeuleum. Pengamatan satwa (banteng, babi hutan, rusa, jejak-jejak badak Jawa dan berbagai macam jenis burung), menyelusuri sungai di ekosistem hutan mangrove.
Pulau Panaitan, dan Gunung Raksa. Menyelam, berselancar, dan wisata budaya/ sejarah.